Aliran kata dari akal dan hati. Sebuah upaya menebar manfaat melalui jejak digital. Semoga menjadi علم ينتفع به .

23 Januari 2022

Ringkasan Buku LOGIKA ILMU MENALAR - Bab I


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dr. W. Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph., L.Ph. dan Drs. EK.T. Gilarso, Logika Ilmu Menalar Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis, Penerbit Pustaka Grafika, Bandung, Cet. II, 2006.

PENDAHULUAN


1. Pelopor ilmu logika adalah Aristoteles (348-322 SM) dengan karyanya yang terkenal To Organon. Namun bukan berarti para filsuf sebelumnya tidak menggunakan logika dalam melakukan pemikiran spekulatifnya. Aristoteleslah orang yang pertama merumuskan logika sebagai disiplin ilmu. 

2. Logika berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti ucapan, kata, pengertian, pikiran, dan ilmu.

3. Dalam logika dipelajari aturan-aturan yang harus diperhatikan agar dapat berpikir dengan tepat, teliti, dan teratur agar mencapai kebenaran.

BAB I

1. Ilmu adalah suatu kumpulan pengetahuan tentang bidang tertentu yang tersusun secara sistematis, yang memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebabnya.

2. Perkara-perkara yang dianalisis oleh logika adalah:

a. pengertian tentang suatu kenyataan

b. hubungan antara kenyataan satu dengan kenyataan lainnya

c. kesimpulan yang ditarik berdasarkan poin b. (hubungan antara kenyataan satu

    dengan kenyataan lain tersebut)

Contoh: Aku tidak dapat membeli mobil itu.

Logika menangkap arti "aku", "membeli", dan "mobil".

Logika menganalisis hubungan antara "aku" dan "tidak dapat membeli mobil". Logika akan mencari hubungan atas dasar apa "aku tidak dapat membeli mobil"?

Logika menganalisis validitas kesimpulan yang ditarik berdasarkan hubungan yang ada antara "aku" dan "tidak dapat membeli mobil".

Dengan demikian logika menganalisis jalan pikiran dari suatu kesimpulan.

3. Empat pertanyaan untuk menguji sebuah pemikiran, yaitu:

a. Apa yang hendak ditegaskan (kesimpulannya apa)?

b. Atas dasar apa kesimpulan tersebut dibuat (alasan/titik pangkal/premisnya apa)?

c. Bagaimana langkah penarikan kesimpulannya?

d. Apakah kesimpulan itu pasti benar, mungkin benar, atau salah?

4. Hubungan antara dua kenyataan dinyatakan dalam:

a. Kalimat berita/putusan, misalnya: Pohon-pohon tumbang. Gunung tidak meletus.

b. Sebab akibat, misalnya: Pohon-pohon tumbang karena tanah longsor.

c. Maksud tujuan, misalnya: Pohon-pohon ditebang untuk membuat jalan.

d. Bersyarat (jika/kalau maka), misalnya: Kalau orang membangun jalan maka pohon ditebang.

Hubungan-hubungan tersebut diproses dalam pikiran dan dikeluarkan dalam bentuk sebuah kalimat yang merupakan wujud dari kesimpulan pemikiran. Oleh sebab itu kalimat itu disebut kesimpulan.

5. Ukuran kebenaran adalah kesesuaian antara kalimat/peryataan/kesimpulan (poin 4 a sampai d) dengan fakta yang sesungguhnya terjadi di alam nyata.

6. Dalam sebuah kalimat/pernyataan/kesimpulan sering kali hubungan antara kenyataan dan kenyataan lainnya tidak dimunculkan sehingga diperlukan analisa terhadap hubungan tersebut. Di sinilah diperlukan skema untuk menjelaskan hubungan tersebut. Misalnya pada kalimat: Dia mati. Untuk mencapai kesimpulan "Dia mati" ada hubungan antara yang disembunyikan yang bila diskemakan akan berbentuk sebagai berikut:

TB = M (Tidak Bernapas = Mati)

D = TB (Dia = Tidak Bernapas)

D = M (Dia = Mati)

7. Tiga syarat pokok kesimpulan yang benar, yaitu:

a. Titik pangkal/premis harus benar/pasti. Harus dibedakan antara kepastian subjektif (saya merasa pasti) dan kepastian objektif (faktanya memang demikian).

b. Alasan harus kuat/tepat.

c. Jalan pikiran harus lurus/sah.

8. Contoh kesimpulan yang salah:

a. Kesalahan pada titik pangkal.

Semua orang berambut gondrong itu penjahat. (RG = P  --> Titik pangkal)

Para penjahat harus dihukum. (P = H)

Semua orang berambut gondrong harus dihukum. (RG = H)

b. Alasan tidak kuat/tidak tepat.

Tetangga saya punya mobil oleh karena itu saya harus punya mobil.

T = PM

S = T

S = PM

Dalam hal apa "Saya" sama dengan "Tetangga" ? Apakah cukup alasannya jika kesamaan "Saya" dengan "Tetangga" dihubungkan dengan "kepemilikan mobil" ?

c. Jalan pikiran harus lurus/sah.

Sapi itu binatang. (S = B)

Kuda itu binatang. (K = B)

Jadi sapi itu kuda. (S = K. --> salah kaitan antara alasan/premis dan kesimpulan)

9. Sesuai titik pangkal dalam proses pemikiran, ada dua pola dasar berpikir, yaitu induktif dan deduktif.

a. Induktif (dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum). Contoh:

A mati.

B mati.

C mati.

D.mati.

E mati.

A - E dan seterusnya adalah hal-hal khusus yang meskipun nyatanya kita tidak mungkin meneliti semua manusia maka tetap disimpulkan bahwa:

Semua manusia akan mati. (Hal umum)

b. Deduktif (dari hal yang umum diterapkan ke hal-hal yang khusus). Contoh:

Jumlah ketiga sudut segitiga adalah 180°. (Hal umum)

Figura ini sebuah segitiga.

Jadi jumlah semua sudut figura ini adalah 180°. (Hal khusus)



Tidak ada komentar: