Aliran kata dari akal dan hati. Sebuah upaya menebar manfaat melalui jejak digital. Semoga menjadi علم ينتفع به .

9 Februari 2022

Ringkasan Buku LOGIKA ILMU MENALAR - Bab III

 

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Dr. W. Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph., L.Ph. dan Drs. EK.T. Gilarso, Logika Ilmu Menalar Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis, Penerbit Pustaka Grafika, Bandung, Cet. II, 2006.

PUTUSAN DAN KALIMAT

1. Putusan atau proposisi adalah perbuatan manusia yang di dalamnya ia mengakui atau memungkiri sesuatu. Unsur-unsur putusan ada tiga yaitu:
a. subjek logis (S), biasa disingkat “subjek” saja
b. predikat logis (P), biasa disingkat “predikat” saja
c. hubungan antara subjek dan predikat yang dinyatakan dalam afirmasi (S = P) maupun negasi (S ≠ P)

2. Penggolongan putusan
a. Putusan kategoris yaitu putusan tanpa syarat. Dapat diperinci secara mutlak atau ditambah dengan keterangan modalitas, seperti: pasti, mungkin, mustahil, dan lain-lain.
b. Putusan hipotesis yaitu putusan dengan syarat yang diperinci dengan:
- kondisional: Jika … maka …
- disjungtif: … atau … atau …
- konjungtif: tidak sekaligus … dan …

3. Putusan kategoris dirumuskan dalam bentuk kalimat berita. Dalam kasus pertanyaan dan jawaban terkadang putusan hanya diungkapkan dalam satu kata, misalnya:
a. Apakah anjing ini galak?  Tidak.
Anjing ≠ galak
S ≠ P
b. Gambar apa ini? Segitiga
Gambar ini = gambar segitiga
S = P

4. Dalam putusan afirmatif S dan P dinyatakan sebagai satu kesatuan, sehingga luas S termasuk ke dalam luas P, misalnya: Kucing itu binatang. Berarti kucing termasuk lingkungan binatang.

5. Dalam putusan negatif S dan P dinyatakan berbeda meskipun dalam hal-hal tertentu memiliki memiliki kesamaan, misalnya: Kucing itu bukan anjing. Artinya tidak ada kucing yang termasuk lingkungan anjing.
 
6. Putusan dapat mengandung kebenaran ataupun kesalahan. Ukuran sebuah putusan benar atau salah adalah kesesuaian hubungan antara S dan P dengan fakta/realitas.

7. Mental state ketika melihat hubungan S dan P yang terkait dengan derajat kepastian:
a. pasti
b. dugaan/sangkaan → cukup alasan, dengan menggunakan kata “kami kira”, “tidak mustahil”, “sangat mungkin” dan sebagainya.
c. kesangsian → tidak cukup alasan, dengan menggunakan kata “barangkali”, “ada kemungkinan bahwa” dan lain-lain)

8. Luas putusan ditentukan oleh luas subjeknya. Oleh sebab itu putusan dibedakan menjadi:
a. putusan singular = subjeknya singular
b. putusan partikular = subjeknya hanya sebagian dari seluruhnya
c. putusan universal = mencakup seluruh luas subjeknya
Catatan: Luas subjek dan luas putusan harus pula diperiksa dari konteks kalimat sebelumnya.

9. Luas predikat
a. Predikat adalah singular jika secara tegas menunjukkan satu hal tertentu, misalnya: Slamet bukan orang yang terkecil dari anak-anak kelas 3.
b. Dalam putusan afirmatif, predikat adalah partikular (kecuali jika ternyata singular), misalnya: Anjing itu binatang. Artinya semua anjing adalah sejenis binatang.


c. Dalam putusan negatif, predikat adalah universal. Contoh: Manusia itu bukan kera.
Manusia ≠ kera
Manusia secara keseluruhan ≠ kera secara keseluruhan
S ≠ P

10. Penggolongan putusan menurut isinya:

11. Putusan analitis yaitu P dan S disatukan atas analisis deduktif. P menyebutkan secara eksplisit apa saja yang secara implisit terkandung dalam subjek:
a. yang kebenaran kebenarannya tidak perlu diperdebatkan (closed system statement), contoh: Manusia itu makhluk berbudi.
b. yang kebenarannya sudah disepakati bersama (agreement statement, misalnya: rumus), contoh: 1 km itu 1000 m.
c. yang sebelumnya sudah dipastikan (apriori statement), contoh: Yang persegi itu tidak bundar.

12. Putusan sintesis yaitu P disatukan (disintesiskan) dengan S atas dasar analisis induktif (pengalaman, penyelidikan, observasi, fakta). Putusan sintesis disebut juga putusan:
a. empiris/discovery statement (kebenarannya kita temukan atas dasar induksi dan pengalaman)
b. open system statement (mengenai dunia konkrit yang kita alami setiap hari)
c. aposteriori statement (yang kebenarannya tidak bisa dipastikan sebelumnya, melainkan sesudahnya atas dasar pengalaman)
Contoh putusan sintesis:
• Slamet itu sehat.
• Meja itu tidak bundar.

13. Kebanyakan putusan bersifat sintesis. Untuk pemikiran yang tepat, perbedaan antara putusan analitis dan putusan sintesis perlu kita sadari. Putusan analitis hanya dapat dicek dengan meneliti aturan yang sudah ditentukan, definisi yang telah disepakati, atau isi pengertian S. Adapun putusan sintesi dapat dicek dengan kecocokannya dengan fakta yang ada.

14. Pernyataan tentang fakta (statement of fact) yaitu putusan yang menyatakan sesuatu tentang dunia nyata, yang benar atau salahnya dapat dicek dengan mencocokkannya dengan fakta, misalnya:  Amir memakai kacamata.

15. Pernyataan tentang pendapat (statement of opinion) yaitu putusan yang menyatakan tentang pendapat, perasaan, atau interpretasi yang kebenarannya tidak dijatuhkan bila ada orang lain yang mengajukan pendapat lain.
a. Pendapat subjektif: tidak dapat dibuktikan, hanya berdasarkan “rasa”, misalnya: pendapat tentang genre musik.
b. Pendapat objektif: dapat dibuktikan karena berdasarkan pertimbangan/penilaian yang sedapat mungkin objektif. Misalnya guru yang memeriksa dan menilai tentang karya siswanya: Karangan si A lebih bagus daripada karangan si B.

16. Putusan-putusan seperti “Orang Jerman suka bernyanyi” adalah putusan yang “pada umumnya” memang benar tetapi selalu ada pengecualiannya. Putusan-putusan seperti ini termasuk kategori putusan partikular.  Hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi penarikan kesimpulan yang keliru. Terkadang dibuat rumusan umum semua S = P (dalam contoh di atas: Orang Jerman suka bernyanyi) namun yang sebenarnya terjadi adalah beberapa S (partikular) = P (Beberapa orang Jerman suka bernyanyi). Oleh sebab itu diperlukan penyelidikan dengan bantuan statistik, misalnya apabila terbukti 70% orang Jerman suka bernyanyi maka dapat diputuskan bahwa “Orang Jerman cenderung suka bernyanyi”.

1 Februari 2022

2 Khutbah At Taqwa 02102020


KHUTBAH JUMAT - MASJID AT TAQWA ALI MUBARAK PONDOKMIRI

KHUTBAH KE-1

الحمد لله رب العالمين الذي بنعمته تتم الصالحات

والصلاه والسلام على اشرف المخلوقات

سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم

افضل من فى الارض وسبع سموات

وعلى اله وصحبه ورواة احاديثه مصابيح الامم فى الظلمات

اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمد رسول الله اما بعد 

اوصيكم ونفسي اولا بتقوى الله وطاعته لعلكم ترحمون

فقد قال الله تعالى في كتابه الكريم

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم

بسم الله الرحمن الرحيم

وتزودوا فان خير الزاد التقوى

واتقون يا اولى الالباب


Dan berbekallah kalian! Maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, wahai orang-orang yang cerdas!

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!

Alhamdulillah… Segala puja dan puji hanyalah milik Allah Swt. yang telah memberikan berbagai macam nikmat: nikmat sehat wal ‘afiat, nikmat panjang umur, nikmat taufiq dan hidayah, serta nikmat-nikmat lain yang tiada pernah bisa kita hitung kuantitasnya. Sesuai dengan firman Allah:

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم

وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيم 

Artinya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An Nahl/16: 18)

Di atas segala nikmat tersebut, kita bersyukur bahwasanya Allah memberikan nikmat iman dan islam kepada kita, yang dengan keduanya kita, in syaallah akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak.

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم مِّلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا

وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedangkan mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.” (Ali Imran/3: 91)

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu), dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran/3: 85)

Mudah-mudahan semua nikmat tersebut dapat kita manfaatkan dalam rangka meningkatkan kualitas penghambaan diri kita kepada Allah SWT. Amin ya rabbal ‘alamin.

Salawat dan salam semoga senantiasa terlimpah ke haribaan teladan semesta alam, Baginda Nabi Besar Muhammad saw.

اللهم صل وسلم وبارك عليه وعلى اله

Semoga dengan mencoba semampu kita melaksanakan sunnah-sunnahnya dan memaksakan diri kita untuk menjauhi seluruh larangannya, in syaallah, kita akan termasuk ke dalam kelompok umat yang berhak mendapat syafaatnya di yaumil qiyamah. Amin ya rabbal 'alamin.

Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah!

Dalam kesempatan yang singkat ini, khatib ini menyampaikan lanjutan dari khutbah yang telah khatib sampaikan pada Jumat, 6 Agustus 2020. Di mana dalam khutbah tersebut, khatib berbicara tentang dampak mengkonsumsi barang haram terhadap doa yang kita panjatkan. Bahwa tidak terkabulnya doa kita selama ini adalah disebabkan karena kita sedikit banyak telah mengkonsumsi barang-barang yang haram. Adapun dalam kesempatan ini, khatib mengangkat tema tentang waktu-waktu mustajabnya doa.

Rasulullah saw. menyebutkan dalam banyak hadits mengenai waktu-waktu diijabahnya doa, di antaranya adalah:

1. Pada saat sepertiga malam yang terakhir di mana pada saat itu Allah Swt. turun ke langit dunia untuk mengabulkan doa.

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ

يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

Artiya: “Tuhan kita tabaraka wa taala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir. Lantas Dia berfirman, “Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan, siapa saja yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Dan barang siapa yang meminta ampunan-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Al Bukhari, no. 1145 dan Muslim, no. 758).

2. Hari Jum’at.

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. menyebutkan tentang hari Jum’at, lantas beliau bersabda,

« فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا

إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ » . وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا

Artinya: “Di hari Jumat terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim yang ia berdiri melaksanakan shalat lantas ia memanjatkan suatu doa pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta.” Dan beliau berisyarat dengan tangannya akan sebentarnya waktu tersebut. (HR. Al Bukhari, no. 935; Muslim, no. 852)

Dalam menyikapi hadits ini para ulama berbeda pendapat tentang kapan persisnya waktu tersebut. Pendapat yang paling mendekati makna hadits ada dua yaitu: pertama: saat duduknya khatib di antara dua khutbah dan yang kedua: ba’da ashar sampai tenggelamnya matahari.

Tentang waktu duduknya khatib di antara dua khutbah, terdapat riwayat dari Abu Burdah bin Abi Musa Al Asy’ari r.a., ia berkata, “Abdullah bin ‘Umar bertanya padaku, ‘Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menyebut suatu hadits dari Rasulullah saw. mengenai waktu mustajabnya doa di hari Jumat?” Abu Burdah menjawab, “Iya betul, aku pernah mendengar dari ayahku, ia berkata bahwa Rasul saw. bersabda,

هِىَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ

Artinya: “Waktu tersebut adalah antara imam duduk ketika khutbah hingga imam menunaikan shalat Jum’at.” (HR. Muslim, no. 853)

Adapun tentang ba’da ashar sampai tenggelamnya matahari. Dari Jabir bin Abdillah r.a., dari Rasulullah saw., beliau bersabda,

يَوْمُ الْجُمُعَةِ ثِنْتَا عَشْرَةَ يُرِيدُ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا

إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

Artinya: “(Waktu siang) di hari Jumat ada 12. Jika seorang muslim memohon pada Allah sesuatu pasti Allah akan mengabulkannya. Carilah waktu tersebut yaitu di waktu-waktu akhir setelah ashar.” (HR. Abu Daud, no. 1048; An Nasai, no. 1390. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Jamaah jumat yang dirahmati Allah.

3. Doa antara azan dan iqamah.

Dari Anas bin Malik r.a., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda,

إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا

Artinya: “Sesungguhnya doa yang tidak tertolak adalah doa di antara azan dan iqamah, maka berdoalah!.” (HR. Ahmad, 3: 155. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

4. Doa di akhir shalat lima waktu.

Dalam sebuah hadits disebutkan:

جاء رجلٌ إلى النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – ، فقال : أيُّ الصلاة أفضل ؟

قال : (( جوفُ الليل الأوسط )) ، قال : أيُّ الدُّعاء أسمع ؟ قال: (( دُبرُ المكتوبات ))

Artinya: “Ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi saw. lalu bertanya, “Shalat apa yang paling afdhal?” Beliau menjawab, “Shalat di tengah malam” Lalu Nabi saw. ditanya kembali, “Doa apa yang paling didengar?” “Doa di akhir shalat wajib.” (HR. Ibnu Abi Ad Dunya, Jami’ ‘Ulum wa Al Hikam, 1: 143-144)

Makna kata “duburul maktubat” atau di akhir shalat wajib di sini, ditafsirkan oleh para ulama dengan dua kemungkinan. Ada yang mengartikan di akhir shalat sebelum salam dan ada pula yang mengartikan setelah shalat selesai.

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. pernah menyampaikan anjuran untuk berdoa setelah tasyahud akhir, sebelum salam. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda,

إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَعَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا

وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ثُمَّ يَدْعُو لِنَفْسِهِ بِمَا بَدَا لَهُ

Artinya: “Jika salah seorang di antara kalian bertasyahud, maka mintalah perlindungan pada Allah dari empat perkara yaitu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati dan dari kejahatan Al Masih Ad Dajjal. Kemudian hendaklah ia berdoa untuk dirinya sendiri dengan doa apa saja yang ia inginkan.” (HR. An Nasai no. 1310. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Jamaah Jumat Masjid At Taqwa Mubarak yang dimuliakan Allah!

Demikianlah khutbah yang dapat khatib sampaikan. Adapun kesimpulan dari khutbah yang telah khatib sampaikan adalah bahwa di antara waktu-waktu istimewa yang menjadi masa dikabulkannya doa-doa oleh Allah Swt. adalah:

  1. Pada saat sepertiga malam yang terakhir 
  2. Hari Jumat, yaitu pada saat imam/khatib duduk di antara dua khutbah atau setelah shalat ashar.
  3. Di antara azan dan iqamah
  4. Di akhir shalat, yaitu sebelum salam ataupun sesudah salam.

Semoga Allah senantiasa mengabulkan doa-doa yang kita panjatkan. Amin ya rabbal alamin.

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

 .وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

بارك الله لي ولكم بالقران العظيم

ونفعني واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم

وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو الغفور الرحيم


KHUTBAH KE-2

الحمد لله الحمد لله الذي هدانا لهذا

وما كنا لنهتدي لولا ان هدانا الله

اشهد ان لا اله الا الله وحده لاشريك له

واشهد ان محمدا عبده ورسوله

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه

ومن تبع هداه

واعلموا ان الله تعالى امركم بامر بدا فيه بنفسه

وثنى بملائكته المسبحة بقدسه

وثلث بكم ايها المؤمنون من برية جنه وانسه

فقال تعالى: 

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم

ان الله وملائكته يصلون على النبي يا ايها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات

الاحياء منهم والاموات انك سميع قريب مجيب الدعوات

يا قاضي الحاجات وغافر الذنوب والخطيئات ياارحم الراحمين

ربنا اصلح لنا ديننا الذي هو عصمة امرنا

واصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا واصلح لنا اخرتنا التي اليها معادنا

واجعل الحياة زيادة لنا في كل خير

واجعل الموت راحة لنا من كل شر

ربنا اوزعنا ان نشكر نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَينا وَعَلَىٰ وَالِدينا

وَأَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار

والحمد لله رب العلمين

عباد الله

 ان الله يامركم بالعدل والاحسان

وايتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي

يعظكم لعلكم تذكرون

فاذكروااالله العظيم يذكركم

واسألوه من فضله يعطكم

ولذكر الله اكبر والله يعلم ما تصنعون

اقيموا الصلاة


31 Januari 2022

1 Khutbah At Taqwa 06082020

Foto oleh Calista Nandar
Sumber: https://maps.google.com/maps/contrib/103017446194435843539

KHUTBAH JUMAT - MASJID AT TAQWA ALI MUBARAK PONDOKMIRI

KHUTBAH KE-1

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Wabihi nasta’inu ‘ala umurid dunya waddin.
Washshalatu wassalamu ‘ala asyrafil anbiyai walmursalin.
Sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.
Asyhadu alla ilaha illallah. Almalikul haqqulmubin.
Wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.
Shadiqul wa’dil amin.
Amma ba’du.

Ushikum wanafsi awwalan bitaqwallah!
Faqad fazal muttaqun.
Qalallahu ta’ala fi kitabihil karim.
A’udzu billahi minasysyaithanir rajim.
Bismillahir rahmanir rahim.
Watazawwadu! Fainna khairazzadit taqwa.
Wattaquni ya ulil albab!
Dan berbekallah kalian! Maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.
Dan bertaqwalah kepada Allah, wahai orang-orang yang cerdas!

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!
Alhamdulillah. Segala puja dan puji hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan beragam nikmat: nikmat sehat wal ‘afiat, nikmat panjang umur, nikmat taufiq dan hidayah, terutama nikmat iman dan islam. Mudah-mudahan semua nikmat tersebut dapat kita manfaatkan dalam rangka meningkatkan kualitas penghambaan diri kita kepada Allah SWT. Amin ya rabbal ‘alamin.

Salawat dan salam semoga senantiasa terlimpah teruntuk insan terbaik yang menjadi teladan semesta alam, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Allahumma shalli ala Muhammad wa’ala alihi wa shahbihi ajma’in.

Jamaah jumat rahimakumullah.
Dalam kesempatan yang singkat ini, khatib ingin menyampaikan salah satu hadits Rasulullah SAW yang dicantumkan oleh Imam An Nawawi dalam kitabnya Al Arba’in An Nawawiyah, yaitu hadits bernomor 10 yang berbunyi:


Dari Abu Hurairah semoga Allah meridhainya, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah adalah Mahabaik, Dia tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan sesuatu kepada kaum beriman sebagaimana yang telah Dia perintahkan kepada para rasul. Maka Allah berfirman: Wahai para rasul makanlah yang baik-baik dan berperilakulah yang baik. Dan Allah berfirman: Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari rizki yang telah Kami berikan kepadamu! Kemudian Rasulullah SAW menceritakan kisah seorang pria yang melakukan perjalanan jauh yang kusut rambutnya dan berdebu tubuhnya. Pria itu mengangkat tangannya ke arah langit seraya berkata: Ya Tuhan! Ya Tuhan! Sementara itu makanan yang telah dikonsumsinya haram, minuman yang sudah dinikmatinya haram, pakaian yang digunakannya haram, dan segala yang dinikmatinya haram.

فَاَنّٰى يُسْتَجَابُ لَهُ!؟ 

Maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan?
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Muslim).

Jamaah Masjid Jami’ At Taqwa Al Mubarak yang dimuliakan Allah!
Pelajaran apa yang kita dapatkan dari hadits ini?

  • Dalam hadits ini dinyatakan bahwa apa yang diperintahkan Allah kepada para rasul berarti diperintahkan pula kepada kaum beriman. Dalam hal ini dicontohkan dengan perintah untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal atau baik.
  • Allah adalah sumber kebaikan. Dari Allah-lah mengalir segala kebaikan. Allah Mahabaik, oleh sebab itu Allah hanya dapat didekati dengan kebaikan dan Allah hanya menerima yang baik-baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: Dan janganlah kalian merusak bumi setelah Kami merawatnya dengan baik. Dan berdoalah kepada Allah dengan penuh takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al A’raf: 56)

  • Ternyata salah satu syarat yang harus dipenuhi apabila kita ingin agar doa kita dikabulkan adalah hendaknya kita menghindari mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram, menghindari pakaian yang haram, dan menghindari penggunaan benda-benda yang haram. Selain mengakibatkan terhambatnya pengkabulan doa, mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram juga diancam oleh Rasulullah SAW dengan neraka. Naudzu billahi min dzalik. Rasulullah SAW bersabda: 

كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ حَرَامٍ فَالنَّارُ أَوْلٰى بِهِ (رواه البيهقي عن أبي بكر)

Artinya: Setiap daging yang tumbuh dari (makanan dan minuman) yang haram maka neraka lebih berhak atas daging tersebut. (HR Al Baihaqi dari Abu Bakar)

Demikianlah khutbah yang dapat khatib sampaikan. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dan keluarga dari segala sesuatu yang diharamkan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

Audzu billahi minasy syaithanir rajim.
Bismillahir rahmanir rahim.
Wal ‘ashr. Innal insana lafi khusr.
Illal ladzina amanu wa’amilush shalihati watawashaubil haqqi watawashaubish shabr.
Barakallahu li wa lakum bilquranil ‘azhim.
Wanafa’ani wa iyyakum bima fihi minal ayati wadz dzikrilhakim.
Wataqabbala minni waminkum tilawatahu.
Innahu huwal ghafurur rahim.


KHUTBAH KE-2

Alhamdulillah.
Alhamdulillahil ladzi hadana lihadza
Wama kunna linahtadiya laula anhadanallah.
Asyhadu alla ilaha illallahu wahdahu la syarikalah.
Waasyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasuluh.
Allahumma shalli wasallim ‘ala sayyidina muhammadin
Wa’ala alihi washahbihi waman tabi’a hudah.

Wa’lamu annallaha amarakum biamrin
Badaa fihi binafsih. Watsanna bimalaikatihil musabbihati biqudsih.
Faqala ta’ala mukbiraw waamira.
Audzu billahi minasy syaithanir rajim.
Bismillahir rahmanir rahim.
Innallaha wamalaikatahu yushalluna ‘alannabiy
Yaayuhal ladzina amanu shallu ‘alaihi wasallimu taslima.
Allahumma shalli wasallim ‘ala sayyidina muhammadin
Wa’ala alihi washahbihi ajma’in.

Allahummaghfir lilmuslimina walmuslimat walmuminin walmuminat
Alahyai minhum wal amwat innaka sami’un qaribum mujibdda’awat
ya qadhiyal hajat waghafiradz dzunubi walkhathiat. Ya arhamar rahimin.
Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina ‘adzabannar.
Walhamdulillahi rabbil ‘alamin.

‘Ibadallah!
Innallaha ya-murukum bil’adli wal ihsan waitai dzilqurba
Wayanha ‘anil fahsyai walmunkari wal baghy.
Ya’izhukum la’allakum tadzakkarun.
Fadzkurullahal ‘azhima yadzkurkum.
Wasykuruhu ‘ala ni’amihi yazidkum.
Waladzikrullahi akbar.
Aqimush shalah!