30 September 2008.
Enggak nyampe sejam Diana dateng. Kami mbujuk Abyan agar dia mau "mengungsi" untuk sementara waktu. Alhamdulillah, dia mau. Saya antar mereka berdua ke per3an. Sampai di
Dia pasti enggak ngerti dg apa yang sedang terjadi. Dan... bener aja. Ternyata, kata Diana, di angkot itu matanya berkaca-kaca menahan tangis. Di tengah perjalanan pun dia ribut minta balik ke bidan.
Beberapa jam sebelum lahiran. Istri saya masuk ke ruang bersalin. Di situ sudah ada satu orang calon ibu yang ternyata sudah sejak semalam menginap di klinik ini. Yaaah, terpaksa deh saya harus berbagi dengan suami calon ibu itu. Kalau istri saya mules, dia harus keluar dan begitu pula sebaliknya.
Hmmm… Mau ngelahirin pasti sakit banget. Semua serba salah. Berkali-kali istri saya menarik-narik baju dan tangan saya serta ibu saya karena merasakan sakit. Sakit yang luar biasa…
+02.00 siang. Suami calon ibu tadi saya panggil karena sepertinya istrinya akan segera melahirkan. Saya bergegas keluar. Saya membangunkan suaminya yang tertidur supaya dia bisa menemani istrinya melahirkan.
Saya masuk kamar dan menyetel musik di HP saya. Hmmm… “Mas…Mas… Istrinya udah lahiran tuh!” kata seorang anak perempuan. Saya tersentak bangun dari tidur saya. Ya Allah... kenapa saya ketiduran? Menyebalkan!!! Saya kelewat masa paling saya tunggu dalam minggu-minggu ini. Saya melewatkan salah satu masa paling penting dalam hidup istri saya. Sebeeel!!!
Saya berlari. Di atas meja ada seorang bayi yang sedang dibedong. Putih sekali. Ini dia bayiku? Saya belum percaya. Saya lewati dia dan melihat istri saya yang sedang berlumuran darah. Segera saya dekati istri saya. “Apaan, Yah, bayinya?” katanya.
Ya! Itu bayinya! Ternyata dia cewek! Padahal hasil
Inilah kado lebaran untuk kami sekeluarga. Terima kasih, ya Allah…
Saya telp Diana untuk mengetahui kabar Abyan. Abyan bilang,”Abyan kangen sama Ayah”. Sorenya dia diantar sama Umi ke klinik. Mulanya dia enggak mau ngeliat adiknya yang baru. Saya gendong dia untu ngeliat adiknya. Wah, badan Abyan panas sekali. Ternyata setelah saya telp, dia ngambek dan berlari ke
Malam takbiran. Abyan enggak bisa tidur, badannya masih panas. Dia baru bisa tidur sekitar jam 10.30. Tapi itu enggak nyenyak. Sekitar jam 02.00 pagi dia bangun lagi dan enggak mau tidur. Baru jam 04.30 dia tidur kembali.
Idul Fitri 1429. Belum jam 06.00 pagi sewaktu Abyan terbangun. Badannya sudah enggak sepanas malam tadi. Kami berdua keluar, berdiri dan jongkok di pinggir jalan. Di seberang
Pagi ini, seharusnya ia sedang bergembira memakai baju baru sama seperti anak-anak itu. “Maafin Ayah… Kamu belum paham masalah ini.”
Nafas saya tercekik. Saya enggak tahan. Saya ajak Abyan masuk kembali ke
Untuk istri dan putra-putriku tersayang:
Ya Allah, sehatkan kami, sejahterakan kami, berkahkan kehidupan kami, jadikan kami
2 komentar:
aduhhh lucunya. selamat deh.. mendapatkan kado yang teramat istimewa dihari kemenangan. Hanya sayang ya..ayahnya tidak menyaksikan proses persalinannya.Moga jadi anak yang sholihah, amin.
amiiin, makasih tati.
Posting Komentar